Desa Hijau

Program Desa Hijau ini bukan sekedar proyek dan bukan hanya mengenai pohon, tetapi sebuah paradigma baru untuk mengelola sumber daya alam. Dengan demikian hutan akan jauh lebih berharga saat memberi fungsi. Hal ini disampaikan oleh Agus P. Sari, Deputi Bidang Perencanaan dan Pendanaan Badan Pengelola REDD+ di Palangka Raya pada 30 Oktober 2014.
"Kalau menebang hutan didapat kayu dan lahan, tapi keuntungan itu cuma sekali. Jika dipelihara maka akan didapat fungsinya terus-menerus," kata Agus dalam acara Seminar Hasil Kegiatan Desa Hijau REDD+.
Agus menjelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan Desa Hijau REDD+ di Kalimantan Tengah memberikan optimisme di provinsi lain yang akan melaksanakan program Desa Hijau REDD+, antara lain Jambi, Kalimantan Timur, dan Aceh.
 Baca juga: Enam Manfaat Pohon
Selain itu, Desa Hijau REDD+ memungkinkan warga berperan aktif dalam menentukan arah pembangunan desanya demi kesejahteraan bersama karena REDD+ memang tidak hanya sekedar karbon. "Pendekatan ini mencakup pengelolaan berbagai kegiatan pembangunan desa secara partisipatif dan terintegrasi dalam perencanaan pembangunan desa," tambahnya lagi.
Program Desa Hijau REDD+ telah diterapkan di 10 desa yang berada di Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Gunung Mas. Kesepuluh desa tersebut adalah Olung Soloi, Kolam, Saruhung, Tumbang Nusa, Garung, Jabiren, Mantaren II, Buntoi, Tambak Bajai, dan Tumbang Tampang Ajir sejak Februari-Agustus 2014.

Program Desa Hijau REDD+ merupakan hasil kerja sama BP REDD+, Kemitraan, dan United Nation Development Program (UNDP) yang ditandatangani pada Januari 2014. Program ini sekaligus menjadi bagian dari dukungan Pemerintah Norwegia dalam pelaksanaan REDD+ di Indonesia. Dalam implementasinya Kemitraan menjalin kerja sama dengan para pihak, termasuk lembaga swadaya masyarakat lokal sebagai pendamping, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi. Lembaga lokal itu termasuk Lembaga Dayak Panarung, Yayasan Cakrawala Indonesia, ELPAM, Faperta, Yayasan Betang Borneo, Pokker SHK, JARI, BKAD Kahayan Hilir dan Huma Itah.

Seminar ini untuk membahas pembelajaran bersama atas Program Desa Hijau di hadapan para mitra, penerima manfaat, perwakilan daerah serta jajaran pemerintah daerah terkait. Seminar ini juga membahas beberapa output program yang disampaikan langsung oleh mitra lokal bersama dengan penerima manfaat, antara lain Kepala Desa Buntoi dan Ketua Kelompok Bina Lestari. Kelompok ini merupakan binaan ekonomi berkelanjutan melalui pembuatan kerupuk dan abon ikan di Desa Tumbang Nusa.

Program ini juga membantu keberhasilan pembuatan peta tematik kawasan hutan, gambut, dan lahan masyarakat. Selain itu, modul belajar dan kurikulum sekolah hijau untuk kelas 1–3 Sekolah Dasar pun telah tersusun. Keberhasilan lain juga dapat dilihat melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang mengakomodasi aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Termasuk pula terbentuknya 4 kelompok usaha perempuan industri rumah tangga dan pelatihan regu pemadam kebakaran. 

Direktur Operasi Kemitraan, Budi Santoso juga menyampaikan bahwa desa hijau harus menjadi perhatian utama dalam penghidupan dan pembangunan masyarakat. Lebih lanjut, ia juga menyatakan kerja sama dan minat yang tinggi dalam pelaksanaan Desa Hijau ini akhirnya membuahkan keberhasilan meski dalam waktu yang terhitung singkat.[]
 
Sumber: http://www.reddplus.go.id/berita/berita-redd/2139-desa-hijau-paradigma-baru-pengelolaan-sda