Cerita
Unik Kehidupan Semut Dibawah Daun. Jujur!
Kita manusia egois, sombong, dan dalam kehidupan belum mencerminkan sebagai
khalifah di muka bumi, dan inilah kekhawatiran para Malaikat disaat Allah
menciptakan Adam. Kita manusia merasa makhluk yang paling berhak menguasai bumi
ini, sehingga dalam kehidupan kita cenderung mengutamakan kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan manusia yang ada. Kita telah melangkahi tujuan-Nya
dimana sebenarnya diciptakan bumi ini tidak hanya diperuntukan kepada manusia,
melainkan bumi ini juga sebagai tempat hidup seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Bukti
yang terkecil atas kesombongan kita, saat kita melangkah tidak pernah
terpikirkan apa yang kita pijak sebenarnya ada makhluk dibawahnya. Daun contohnya,
dengan gampang dan tanpa bersalah saat kita melangkah menginjaknya dengan
bebas. Sebenarnya ada jutaan makhluk yang bermukim dibawahnya, setidaknya ada
sepasang semut yang sedang melangsungkan hidupnya dibawah itu.
Daun
yang berserakan di tanah bagian dari skenario Tuhan, semut yang tidak berakal
bagian dari skenario kehidupan itu. Daun-daun yang berserakan di bumi dijadikan
atap sebagai tempat berlindung semut, sebagai rumah, dan sebagai penghalang
panasnya sinar mentari atau penghalang dari ludah manusia. Semut sebagai
makhluk terkecil memiliki hak hidup yang sama seperti kita manusia. Meskipun dengan
usianya yang terlalu singkat, tentu ada tujuan tersendiri bagi Tuhan setidaknya
untuk adanya keseimbangan kehidupan di muka bumi ini.
Karena
ukurannya kecil menjadi alasan bagi kita manusia untuk tidak menjadikannya
sesuatu hal yang penting untuk kita jaga. Bayangkan, jika semut berukuran gajah
tentu perhatiannya akan lebih serius. Kehidupan semut dibawah daun tidak
semestinya kita menutup mata, kita abaikan, atau kita musnahkan. Mereka memiliki
cinta, mereka memiliki keluarga, dan mereka memiliki masa depan. Bayangkan,
saat kita menginjak daun-daun berserakan di muka bumi, sekeluarga semut sedang
berdoa, sedang bercanda dengan keluarga, atau mereka sedang bercinta. “Plakkkkkk”
telapak kaki kita mengakhiri semua keceriaan itu, kejamnya kita.
Mari
kita berkhayal, bagaimana jika di bumi ini
ada makhluk yang ukurannya lebih besar dari kita. Besarnya ibarat kita manusia
seukuran semut dimata kita, makhluk besar itu dalam aktivitas kesehariannya
perprilaku seperti manusia. Saat mereka berjalan menginjak rumah-rumah kita,
mereka meludahi pemukiman kita, atau mereka mengencingi komunitas kita manusia.
Apa yang terjadi, sama halnya seperti semut disaat kita sedang asyik berkumpul
dengan keluarga, bercanda dengan anak, atau saat kita sedang bercinta “plakkkkkk”
kecerian kita itu hancur dan kita tewas.
Tualang
pikir sudah saatnya kita saling mencintai dan menghormati sesama makhluk di
muka bumi ini. Setidaknya dalam prilaku kita tidak ada unsur kesengajaan untuk
memusnahkan makhluk lain yang berukuran lebih kecil, atau lebih lemah dari
kita. Karena diciptakan manusia olehNya bukanlah sebagai penghancur atau
perusak di muka bumi ini. Akan tetapi sebagai khalifah untuk saling menghormati
dan mencintai.[]
Artikel terkait: