Cerita Unik Gajah Perkosa Gadis Hingga Hamil. Apa yang pertama anda pikirkan disaat membaca judul tulisan ini? Tentu akan anda akan bertanya bagaimana bisa seekor gajah dengan tubuh yang besar memperkosa seorang gadis hingga hamil. Tidak hanya anda, Tualang sendiri berpikir demikian saat memulai tulisan ini. Tapi itulah yang terjadi, semua serba mungkin di dunia ini, tidak hanya gajah mungkin semutpun bisa memperkosa gadis. Tapi pertanyaan kemudian, gadis yang diperkosa dan membuatnya hamil, apa yang akan dilahirkan nanti? Anak gajahkah atau anak semut?
Cerita unik ini terjadi di sebuah desa terpencil yang terletak di lereng pegunungan. Wilayah itu awalnya bukanlah sebuah desa, melainkan hutan berantara tanpa berpenghuni. Kawasan itu dikenal sebagai tempat lintasan satwa liar, termasuk gajah. Namun mulai tahun 1999 kawasan itu beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, yang dimodali oleh pengusaha asing dari Negeri Jiran Malaysia. Ada sekitar seribuan lebih orang yang dipekerjaan sebagai buruh kebun, dan orang-orang ini oleh perusahaan perkebunan disediakan perumahan disebuah pemukiman yang juga berada dalam areal perkebunan itu.
Ternyata, alih fungsi kawasan yang cukup luas untuk kawasan perkebunan sawit telah mengusik sejumlah habitat satwa liar, termasuk gajah. Gajah yang merupakan satwa payung mulai kehilangan kawasan. Satwa-satwa lain juga mengalami masalah yang sama, hilangnya tempat tinggal, tempat bermain, dan kehadiran kebun sawit menjadi ancaman keberlangsungan hidup mereka. Pernah suatu ketika para satwa berumbuk untuk Curhat dan menghasilkan beberapa rekomendasi, tapi tetap gagal. Baca Curhat Satwa Aceh
Kondisi diatas membuat marah semua satwa liar yang kehilangan kawasan. Sehingga Raja Rimba mengibarkan bendera perang untuk melawan pelaku usaha perkebunan sawit dikawasan itu. Peperangan dimulai dengan menghacurkan tanaman sawit muda, menghancurkan gubuk-gubuk yang ada dalam perkebunan. Namun aksi satwa liar ini mendapatkan perlawanan dari pemilik perkebunan, dengan memerintahkan para buruh kebun untuk meracun, memasang ranjau, dan bahkan ada perintah tembak ditempat.
Kelompok satwa liar termasuk gajah tidak menyerah, mereka tetap melakukan perlawanan meskipun berjatuhan korban kedua belah pihak. Gajah dengan tubuh besar dijadikan andalan oleh satwa-satwa lain dalam peperangan ini, ibarat sebuah mobil tank yang siap menghancurkan pohon sawit. Harimau dengan aksinya, telah menewaskan beberapa buruh kebun karena cakarnya. Monyet, Orangutan, Burung, sampai semutpun ikut dalam peperangan ini.
Dari kelompok gajah paling banyak terjadi korban, karena pemilik perusahaan memerintahkan buruh untuk fokus melawan gajah, dan gadingnya diserahkan kepada pemilik perkebunan dengan diberikan imbalan yang besar. Atas perintah itu, saat buruh memburu gajah-gajah besar pernah suatu ketika buruh kebun membunuh seekor gajah yang masih kecil. Ternyata gajah kecil itu anak dari pimpinan kelompok gajah. Kejadian itu membuat marah besar kelompok gajah, kemarahan itu ditandai dengan mengobrakabrik perumahan buruh kebun, yang sebenarnya penghancuran itu tidak masuk dalam rencana perang.
Tidak hanya menghancurkan rumah para buruh, gajah juga mengincar bos kebun. Hingga pada suatu hari, gajah membuat razia dijalan menuju perkebunan, target pertamanya hanya satu yaitu menangkap bos kebun yang telah memerintahkan membunuh gajah.
Dari jauh terlihat melaju sebuah mobil putih, kawanan gajah meyakini kalau mobil itu milik bos perkebunan. Gajah yang bersembunyi dipinggir jalan, kemudian keluar dan memberhentikan mobil tersebut. Secara mendadak mobil itu berhenti, wajah pucat dan takut terlihat jelas dari dalam, usaha mundurpun tidak bisa dilakukan, karena mobil itu sudah dikelilingi oleh ratusan gajah yang berbadan besar dan tinggi. Bahkan ada sepuluh ekor gajah yang memiliki tapak sebesar sepertiga mobil itu.
Pimpinan gajah menyeret mobil itu dengan belalainya, hingga pintu itu terbuka dan terlihat ada tiga orang didalamnya, dan salah satunya seorang Gadis. Tidak menunggu lama, Gajah menyeret sang sopir dan melemparkan ke kerumunan gajah lain untuk dieksekusi. Kemudian pimpinan gajah juga menyeret pria yang kedua (bos perkebunan) untuk dieksekusi juga. Dan yang terakhir, pimpinan gajah mengambil gadis yang sudah pingsan dinaikan keatas punggungnya dan membawa masuk kehutan. Sambil memerintahkan kepada semua pasukan gajah meninggalkan lokasi. Salah seorang fotografer Tualang yang bersembunyi disemak-semak sempat mengabadikan kejadian itu, setelah pasukan gajah meninggalkan lokasi, terlihat sopir dan bos perkebunan remuk hancur karena diinjak oleh gajah.
Fotografer Tualang tidak bisa memastikan apa yang terjadi pada gadis itu. Namun, delapan bulan setelah kejadian penculikan gadis oleh gajah terdengar kabar ada gadis yang hamil diluar nikah. Ibu gadis tersebut dan termasuk warga desa telah memaksanya untuk mengakui siapa yang memperkosa dirinya. Namun sang gadis selalu mengatakan "Besar dan Tinggi" tidak ada pengakuan lain. Sehingga warga desa memutuskan untuk menunggu kelahiran bayi yang dikandung oleh gadis itu, meskipun stres, warga meyakini gadis itu mampu melahirkan bayi yang dikandunginya.
Sebulan kemudian, Tualang mendapatkan informasi dari informan di desa kalau gadis itu mahu melahirkan. Tanpa menunggu lama, Tualang langsung kelapangan untuk melengkapkan cerita ini. Dokter, warga, dan ibu gadis itu sontak terkejut saat melihat apa yang dilahirkan oleh sang gadis. Gadis itu melahirkan bayi mungil berbentuk bayi gajah, dan anehnya dibadan bayi ada tulisan "inilah pembalasan kami". Dan yang kurang ajarnya Tualang tidak bisa memfoto bayi tersebut karena baterai kamera Tualang habis. Dan kurang ajarnya lagi adalah sempat juga terpikir untuk menulis cerita fiktif ini.[]
Artikel terkait: