Kisah Gadis Bercinta Dengan Pohon - Kisah seorang gadis bercinta dengan pohon sebenarnya bukanlah cerita baru, sebuah cerita yang sudah terjadi puluhan abad lamanya. Namun, cerita tersebut belum pernah terpublis sehingga banyak orang yang tidak mengetahuinya. Kisah gadis bercinta dengan pohon terjadi pada sebuah desa terpencil, dimana penduduk desa hidup dibawah pengaturan hukum adat yang masih begitu kental. Desa terpencil berada lereng gunung yang dikelilingi hutan rimba.
Kisah Gadis Bercinta Dengan Pohon tidaklah terjadi secara tiba-tiba, ada sebuah kondisi bagian dari kebiasaan penduduk disana yang kemudian ada seorang gadis merelakan dirinya bercinta dengan sebatang pohon. Ada sebuah ketentuan di desa itu, dimana setiap anak yang sudah memasuki usia dewasa wajib menanam sebatang pohon. Adat ini dibuat untuk menjaga keseimbangan alam desa sehingga ketersediaan air desa mereka terus terjaga. Bagitu pula halnya dengan sang gadis ini, di usia dewasanya dia menanam sebatang pohon, yang saban hari dia rawat, dia jaga, dan dia papah sehingga pohon itu terus tumbuh besar.
Hari-hari gadis itu banyak menghabiskan waktu bersama pohon yang ditanaminya, orangtuanya dan warga desa menganggap biasa apa yang gadis itu lakukan. "sudah biasa pemuda dan gadis di desa kami memanjakan pohon yang mereka tanami" pengakuan tokoh adat yang tertulis disebuah buku kuno.
Seiring membesarnya pohon, seiring itu pula kedewasaan gadis ini terus bertambah. Orangtua sang gadis mulai menaruh kecurigaannya karena perubahan prilaku anaknya yang sedikit aneh. Memasuki usia 25 tahun, gadis ini masih dengan kebiasaannya bermain dibawah pohon yang dia tanami. Beda dengan gadis-gadis lain seumuran dia di desa itu yang mulai dipinang, menjalin hubungan cinta dengan pemuda, dan bahkan ada yang sudah berkeluarga. Akan tetapi gadis ini tidak memiliki rasa kepada pemuda desa, banyak waktu yang dihabiskan bersama pohon kesayangannya.
Warga-warga desa mulai membicarakan keanehan yang terjadi pada gadis ini, juga kedua orangtuanya yang mulai khawatir akan apa yang dialami anaknya itu. Meskipun semua penduduk desa membicarakan dia, tapi sang gadis tetap akrab dengan pohon kesayangan itu.
Hingga pada suatu hari, sang gadis berbicara serius dengan orangtuanya, akan perasaan yang sedang dia alami. Dia berkata jujur kepada orangtuanya, kalau dia sudah jatuh cinta kepada pohon yang dia tanami. Bahkan dia sudah membuat keputusan untuk menikahi pohon tersebut. Mendengar pengakuan gadis itu, sontak pingsan kedua orangtuanya. Dan kabar itu tersebar luas keseluruh penjuru desa.
Pimpinan adat desa kemudian membuat musyawarah adat membahas kondisi desa yang mulai gaduh dengan pemberitaan gadis mahu menikah dengan pohon. Pimpinan adat memanggil sang gadis dan kedua orangtuanya untuk dimintai keterangan tentang pemberitaan itu. Kedua orangtuanya mengakui benar kalau anaknya pernah mengutarakan kemahuan tersebut. Saat dimintai keterangan dari sang gadis, gadis itu mengakui benar apa yang menjadi hajatnya itu.
Hasil sidang adat memutuskan sang gadis harus diusir dari desa, karena hajatnya itu merupakan aib bagi desa. Selain itu, sang gadis juga dituduh telah melanggar hukum adat, dimana pohon yang ditanam harus dilepaskan pada saat pohon itu sudah besar. Akan tetapi sang gadis terus merawat dan menjaga pohon itu sampai besar bahkan dia jatuh hati dan jatuh cinta kepada pohon.
Kedua orangtuanya menangis atas putusan hukum adat itu, bahkan mereka meminta pengampunan atas apa yang dilakukan oleh anaknya, dan mereka berjanji untuk membina anaknya untuk tidak lagi mencintai pohon. Tapi sang gadis bersisi tegas pada sikapnya, dia tetap mencintai pohon itu meskipun dia harus keluar dari desa.
Mendengar pengakuan dari gadis itu, pimpinan adat kemudian menanyakan apa yang menjadi permintaan terakhir sebelum keluar dari desa. Sang gadis dengan tegas disampaikan "sebelum saya keluar dari desa ini, izinkan saya bercinta dengan pohon itu". Mendengar permintaan itu, semua majelis adat kaget. Karena ada ketentuan, setiap permintaan terakhir dari orang yang diberi hukuman tidak bisa ditolak. Maka permintaan gadis itu diterima oleh pimpinan adat, dengan memberikan waktu satu malam kepada sang gadis untuk bercinta dengan pohon dan paginya harus segera meninggalkan desa.
Kemudian sang gadis menghabiskan malam bersama pohon yang dia tanami, dia bercinta, dia bermanja, sambil dia berbisik "hanya aku yang mencintaimu seperti ini, manusia lain tidak. mereka akan merusak seluruh generasimu".[]
Baca Juga: