Illegal Logging Pekerjaanku. Isu illegal logging menjadi isu hangat yang dibicarakan di Aceh saat ini. Jelas, sejumlah bencana yang terjadi Aceh termasuk bencana banjir yang menimpa sejumlah daerah di Aceh awal tahun ini erat kaitannya dengan pembalakan liar dan illegal logging. Tidak hanya para korban bencana, masyarakat, pegiat lingkungan, juga kepala daerah mengecam pelaku illegal logging. Sebuah prestasi bagi penegak hukum menangkap pelaku illegal logging dan memprosesnya secara hukum.
Terlepas dari kecaman dan sejumlah ancaman terkait isu illegal logging, ada cerita menarik yang menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, termasuk penegak hukum. Berawal dari kisah sebuah keluarga yang memiliki seorang anak laki-laki.
Anak semata wayang yang pastinya berharap harus menjadi anak yang
sukses di masa depan. Tidak mengikuti jejak orangtuanya yang hanya
berprofesi sebagai petani dan tanpa memiliki pendidikan tinggi. Anaknya
bernama Touring, anak laki-laki berpostur tinggi dan berwajah tanpan, tak heran jika para gadis desa berebut hati padanya.
Di rapor Touring tertulis pekerjaan ayahnya sebagai petani. Orangtua Touring tidak memiliki kebun atau lahan pertanian milik pribadi, akan tetapi pengakuan ayahnya setiap hari menjadi buruh tani di kebun orang, dan Touring tidak mempersoalkan profesi itu. Setiap pagi ayah Touring dengan memakai sepeda ontel pergi bekerja, dengan pakaian lusuh dia, botol minum, bungkusan nasi, sebuah parang menjadi pemandangan sehari-hari penduduk desa melihat semangat ayah Touring menjalankan aktifitasnya setiap pagi. Sedangkan ibu Touring sehari-hari bekerja menjadi buruh cuci disebuah rumah saudagar kaya yang ada di desa mereka.
Touring, kamu harus fokus pada belajar, belajar, dan belajar. Sebuah pesan orangtuanya setiap malam disaat mereka makan malam bersama. Touring memiliki cita-cita menjadi seorang polisi, dan mimpi itu sudah diungkapkan kepada kedua orangtuanya, bukan menjadi beban bahkan dengan mimpi itu menjadi penyemangat ayah Touring dalam bekerja, meskipun sebagai buruh tani. Dan akhirnya, cita-cita Touring benar-benar terwujud menjadi seorang polisi.
Touring dalam kesatuannya memiliki prestasi yang cukup baik, tidak heran jika pimpinan memberikan kesempatan bagi Touring untuk mengambil pendidikan khusus dan kenaikan pangkat. Prestasi yang didapatkan oleh Touring menjadi kebahagian dan kebanggaan bagi kedua orangtuanya. Hingga pada suatu hari Touring meminta kepada kedua orangtuanya untuk tidak lagi menjadi buruh tani dan cuci. Touring akan memberikan modal usaha untuk kedua orangtuanya, namun niat baik Touring ditolak secara halus oleh kedua orangtuanya, dengan alasan mereka lebih nyaman dan sudah terbiasa dengan pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan.
Touring tidak bisa berbuat banyak, dari pendapatan yang Touring dapatkan mencoba membahagiakan kedua orangtuanya dengan membuat rumah, menyediak fasilitas rumah, dan kebutuhan orangtua lainnya. Akan tetapi Touring tidak memiliki kemampuan untuk mengalih profesi pekerjaan kedua orangtuanya.
Touring tidak lagi bertugas di tingkat kabupaten, akan tetapi Touring sudah bertugas di provinsi, sebuah sms yang dikirimkan oleh Touring kepada ayahnya. Selamat nak, selamat bertugas di tempat yang baru, balas ayahnya. Terimakasih ayah atas doanya, sekarang saya fokus pada penindakan kasus lingkungan hidup, balas Touring.
Ternyata tidak hanya ayah Touring yang memiliki nasib dan cerita yang sama. Ada dua ayah lain yang juga kerabat dan seprofesi dengan ayah Touring memiliki semangat yang sama dalam menyukseskan anaknya. Mereka bertiga satu profesi, sama-sama bekerja di hutan. Hingga pada suatu siang mereka istirahat, shalat, dan makan bersama dengan nasi bungkus yang disiapkan oleh istrinya masing-masing.
Terjadilah obrolan singkat.
Ohya sudah dua puluh tahun lebih kita bekerja seperti ini, pernahkah kalain cerita pada keluarga terkait pekerjaan seperti ini? tanya ayah Touring sambil mengupas kulit telor rebus. Kawanya hanya tertawa dan berkata "tidak". Lalu di rapor anak kalian, apa jenis pekerjaan orangtua yang mereka tulis? kalau di rapor anak saya tertulis petani, jawab Tgk. Gani. Kalau anak saya menulisnya wiraswasta, jawab Pang Long. Mereka bertiga tersenyum sambil saling menukar menu nasi.
Belum sempat melanjutkan obrolan, mereka terkejut mendengar suara tembakan peringatan ke udara. Angkat tangan .. angkat tangan ... puluhan polisi mendekati mereka. Mereka bertiga diborgol, peralatan kerja disita, dan mereka dibawa pergi. Bungkus nasi, botol minum, dan baju berkeringat yang mereka jemur menjadi saksi penangkapan mereka siang itu.
Mereka ditangkap karena dianggap sebagai pelaku illegal logging, bersama mereka ditemukan alat bukti berupa gergaji mesin, balok kayu, dan sejumlah alat bukti lainnya yang menguatkan mereka sebagai pelaku illegal logging. Dan dalam BAP mereka bertiga mengakui melakukan perbuatan illegal logging.
Berita penangkapan tiga orang pelaku illegal logging membumi di media cetak dan elektronik. Terlebih Aceh saat itu sedang dilanda bencana banjir, dimana semua orang berpendapat pembalakan liar dan illegal logging sebagai penyebab utama terjadinya banjir. Tidak heran jika banyak masyarakat yang mengutuk pelaku illegal logging itu sebagaimana diberitakan.
Kasus mereka kemudian dilimpahkan ke tingkat provinsi, mereka dibawa dengan mobil polisi, dalam perjalanan mereka melanjutkan obrolan yang sempat terputus pada siang itu. Apa yang menjadi beban paling berat bagi kalian atas penangkapan kita ini, tanya Pang Long. Tidak ada, anak saya sudah menjadi orang sukses jawab ayah Touring. Sama, anak saya juga sudah sukses, sekarang dia bekerja disebuah dinas di provinsi, jawab Tgk. Gani. Kamu sendiri, sebenarnya saya juga tidak ada beban, karena anak saya sudah memiliki pekerjaan meskipun dilembaga swasta.
Sesampai mereka di kantor polisi, mereka disuruh masuk ke ruang penyidik, dan sebelum dilakukan penyidikan masing - masing mereka diberikan sebuah koran. Dihalaman depan koran tersebut dibahas tentang liputan eklusif terkait illegal logging. Terlihat sejumlah komentar, baik dari aparat penegak hukum, pemerintah, dan juga komentar aktivis lingkungan hidup.
Masing-masing mereka tercengang dan tertunduk malu, ternyata dari yang memberikan tanggapan terkait illegal logging di koran tersebut adalah anak-anak mereka, sedangkan anak-anak mereka tidak mengetahui kalau orangtuanya pelaku illegal logging. Dari semua komentar tersebut, mendesak penegak hukum untuk memberi hukuman yang berat kepada pelaku illegal logging. Sesaat kemudian, masuk Touring keruang penyidik. Ayah......jadi... Touring tercengang pada saat melihat ayahnya ditangkap atas perbuatan illegal logging. Ia nak, pekerjaan ayah selama ini melakukan illegal logging, semua itu untuk meweujudkan cita-cita kamu, tidak hanya ayah mereka juga melakukan hal yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membahagiakan keluarganya, jawab ayah Touring dengan linangan air mata.
Cerita hanyalah cerita fiksi, bukan sebuah kisah nyata. Sehingga jika terjadi kesamaan kisah dan nama tentunya bukan atas unsur kesengajaan Tualang dalam menskenariokan cerita ini.[]
Artikel lain: