Mimbar Hijau. Dalam Al Quran Surat Al Baqarah
[2], ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”
Allah menciptakan alam semesta
(termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27).
Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai
makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, manusia
harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Selain menyembah kepada Allah, tujuan
hidup manusia juga untuk memanfaatkan alam semesta (beramal).
Perintah memakmurkan alam,
berarti perintah untuk menjadikan alam semesta sebagai media mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia di muka bumi. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah tidak
pernah tak perduli dengan ciptaan-Nya.
Ia telah menciptakan bumi sebanyak Ia
menciptakan langit, yang kesemuanya dimaksudkan untuk menjamin kesejahteraan
lahir dan batin manusia. Ia telah menciptakan segala sesuatu untuk kepentingan
manusia. Bintang diciptakan untuk membantu manusia dalam pelayaran, bulan dan
matahari diciptakan sebagai dasar penanggalan. Demikian juga dengan realitas
kealaman yang lainnya, diciptakan adalah dengan membekal maksud untuk
kemaslahatan manusia.
Untuk menjadikan realitas
kealaman dapat dimanfaatkan oleh manusia, Allah telah membekalinya dengan
potensi akal. Di samping itu, Allah juga telah mengajarkan kepada manusia
terhadap nama-nama benda yang ada di alam semesta. Semua ini diberikan oleh
Allah adalah sebagai bekal untuk menjadikan alam semesta sebagai media
membentuk kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Dalam hal ini Allah
menegaskan bahwa manusia harus mengembara dimuka bumi, dan menjadikan seluruh
fenomena kealaman sebagai pelajaran untuk meraih kebahagian hidupnya (QS.
Al-Ankabut ayat 20 dan QS. Al-Qashash ayat 20).
Berdasarkan uraian di atas, maka
sangat jelas bahwa dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk memakmurkan
alam semesta. Implementasi tujuan ini dapat diwujudkan dalam bentuk mengambil i’tibar
(pelajaran), menunjukan sikap sportif dan inovatif serta selalu berbuat yang
bermanfaat untuk diri dan lingkungannya. Dalam konteks hubungannya dengan alam
semesta, dalam kehidupannya manusia memiliki tujuan untuk melakukan kerja
perekayasaan agar segala yang ada di alam semesta ini dapat bermanfaat bagi
kehidupannya. Dengan kata lain, tujuan hidup manusia yang semacam ini dapat
dikatakan dengan tujuan untuk “beramal”.
Dalam Al Quran Surat Al-Qashash [28],
ayat 77, Allah berfirman yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.
Sebagai khalifah di muka bumi
tentunya kita harus menyadari ada sebuah perintah untuk tidak berbuat kerusakan
di muka bumi. Berbuat kerusakan bersifat universal dan berlaku umum untuk
setiap aktivitas, termasuk didalamnya tidak merusak alam. Alam selain dapat
dimanfaatkan, manusia juga diperintahkan untuk menjaganya. Apapun alasannya,
setiap bentuk perbuatan yang dapat merusak keseimbangan alam dilarang.
Mimbar hijau sebagai sebuah
ilustrasi pentingnya upaya relegius dalam mengkampanyekan isu lingkungan hidup.
Melihat kondisi lingkungan yang semakin parah, sudah semestinya isu lingkungan
hidup menjadi bagian dari tema dakwah di Aceh. Perbuatan merusak lingkungan
juga bagian dari perbuatan maksiat yang dimurka oleh Allah. Karena bentuk dari
keserakahan manusia dalam mengekploitasi lingkungan hidup secara rakus
berdampak cukup besar terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Perubahan iklim, banjir, longsor,
dan banyak bencana lain sebagai bentuk balasan alam terhadap manusia atas
kerakusan manusia dalam mengekploitasi sumberdaya alam di muka bumi. Oleh
karena itu, sudah saat dakwah-dakwah hijau digencarkan dalam setiap panggung
dakwah untuk memberikan kesadaran dan pemahaman kepada ummat terkait pentingnya
menjaga alam yang juga bagian dari perintah Allah.[]
Artikel terkait: