Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebuah kalimat yang cukup
mudah diucap, tidak hanya menjadi janji regulasi akan tetapi tujuan utama dari
janji politik pimpinan daerah. Dalam aspek perkebunan, tentunya harus ditemukan
alat ukur yang tepat dalam mengukur “kesejahteraan dan kemakmuran” tersebut.
Karena sampai dewasa ini belum ditemukan jawaban yang tepat terkait pertanyaan
“seberapa besar pengaruh perkebunan sawit (HGU) dalam menurunkan angka
kemiskinan di Aceh?”. Meskipun kemudian masih terjadi perdebatan dari kalangan
pro dan kontra sawit di Aceh dalam menjawab pertanyaan itu, namun yang pasti
pada tahun 2015 angka kemiskinan meningkat di Aceh.
Pada Maret
2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
di bawah Garis Kemiskinan) di Aceh mencapai 851 ribu orang (17,08 persen), bertambah sebanyak 14 ribu orang dibandingkan dengan penduduk
miskin pada September 2014 yang jumlahnya 837 ribu orang (16,98 persen). Selama periode September 2014 - Maret 2015, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar
0,23 persen (dari 11,36 persen menjadi 11,13 persen), dan di daerah perdesaan mengalami
peningkatan 0,25 persen (dari 19,19 persen menjadi 19,44 persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2015 sebesar 75,97 persen sedangkan pada September 2014 sebesar 76,52 persen (BPS: Profil Kemiskinan Provinsi Aceh Maret 2015). Baca Juga Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Aceh
Meningkatnya
angka kemiskinan pada tahun 2015 harus menjadi pelajaran penting bagi
Pemerintah Aceh. Dengan kekayaan sumber daya alam di Aceh seharusnya kondisi
tersebut tidak terjadi dan semestinya terjadi penurunan angka kemiskinan. Tentu
ada pendekatan yang keliru dalam pengelolaan kekayaan tersebut, termasuk
pengelolaan sektor perkebunan sub sektor perkebunan kelapa sawit di Aceh. Jika
boleh berasumsi, mungkin penyelenggaran perkebunan kelapa sawit melalui
perusahaan perkebunan (HGU) menjadi
bagian dari masalah kemiskinan di Aceh? Buktinya, beberapa daerah di Aceh yang
menguasai lahan perkebunan besar kepala sawit secara angka, masyarakatnya juga
belum makmur dan sejahtera. Baca juga sejarah kelapa sawit